Sabtu, 08 November 2014
praktikum kimia kelas XII
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan
makanan yang kita konsumsi sehari-hari harus mengandung nutrient yang
diperlukan tubuh. Karbohidrat, lemak dan protein merupakan nutrient yang
dibutuhkan dalam jumlah besar, sedangkan vitamin dan mineral dibutuhkan tubuh
dalam jumlah kecil. Walaupun dibutuhkan sedikit bahan tersebut harus ada dalam
menu makanan kita (Chen, T. 2009).
Pisang
terdiri dari kira-kira 75% air, 25% karbohidrat, dan hanya sedikit sekali
protein dan lipid. Ia juga mengandung relative tinggi beberapa mineral seperti
kalsium dan fosfor, serta sangat kaya akan kalium. Karbohidrat pada pisang yang
belum masak, masih berkulit hijau, didominasi oleh pati. Pati merupakan
makromolekul yang merupakan rantai panjang glukosa yang dihubungkan dengan
ikatan kovalen. Akan tetapi, pada pemeraman, pisang tersebut dapat menjadi
masak yang dapat diketahui dengan berubahnya rasa pisang tersebut menjadi
manis, hal ini terjadi kerena pati dalam pisang tersebut dikonversi menjadi
glukosa (Candra, K.P., Rohma, M. 2011).
Pada
praktikum ini, mahasiswa akan mengamati perubahan ini melalui pengujian pisang
mentah (masak fisiologis) dan pisang masak (hasil pemeraman dari pisang mentah
yang awal) terhadap kandungan pati dan gulanya (Candra, K.P., Rohma, M. 2011).
1.2 Tujuan
Mendemonstrasikan
adanya aktivitas enzim dalam perubahan karakteristik produk pertanian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karbohidrat
Karbohidrat
adalah sumber energi utama bagi kita. Kentang, roti, pasta dan beras kaya akan
karbohidrat. Karbohidrat didefinisikan sebagai suatu aldehida atau keton
polihidroksi. Karbohidrat dapat disederhanakan menjadi tiga kelas, yaitu:
- Monosakarida adalah satu unit “gula”. Monosakarida tidak dapat dipecah menjadi unit gula sederhana. Monosakarida biasanya putih, padatan larut dalam air. Yang paling umum adalah monosakarida terdiri dari enam atom karbon. Glukosa dan fruktosa adalah monosakarida yang umum ditemukan pada jus buah, madu dll. Monosakarida dapat lebih lanjut diklasifikasikan sebagai:
- Aldoses – ini mengandung aldehid (-CHO) kelompok fungsional.
- Ketoses – ini mengandung keton (C = O) kelompok fungsional.
Monosakarida
juga diklasifikasikan berdasarkan jumlah atom karbon. Sebuah enam karbon
monosakarida dikenal sebagai heksosa suatu, sebuah monosakarida lima karbon
adalah dikenal sebagai pentosa dan sebagainya. Sebuah monosakarida yang
mengandung enam atom karbon dan kelompok fungsional aldehida dikenal sebagai
suatu aldohexose. Glukosa adalah suatu aldohexose, fruktosa adalah suatu
ketohexose (Nurhalim. 2009).
Monosakarida
diklasifikasikan berdasarkan reaktivitas kimia mereka. Gula yang bereaksi
dengan agen oksidasi ringan seperti ion Cu2+ dikenal sebagai gula
pereduksi. Semua aldoses dan ketoses merupakan gula pereduksi.
- Disakarida mengandung dua unit monosakarida bergabung bersama-sama oleh ikatan glikosida. Maltosa ditemukan dalam biji-bijian berkecambah dan terdiri dari unit glukosa dihubungkan bersama-sama. Laktosa ditemukan dalam susu dan terdiri dari glukosa dan galaktosa unit terkait bersama-sama. Sukrosa ditemukan dalam tebu dan terdiri dari glukosa dan fruktosa.
Monosakarida + Monosakarida→ disakarida + H2O
- Polisakarida mengandung banyak unit monosakarida terkait bersama-sama. Pati ditemukan dalam biji-bijian, glikogen ditemukan dalam otot dan selulosa ditemukan dalam tanaman, kapas dan kertas. Semua terbuat dari molekul glukosa terhubung dalam susunan yang berbeda (Nurhalim. 2009).
Ada beberapa
metode uji kualitatif karbohidrat, yaitu:
- Uji Molisch
Adalah uji
untuk membuktikan adanya karbohidrat. Uji ini efektif untuk berbagai senyawa
yang dapat di dehidrasi menjadi furfural atau substitusi furfural oleh asam
sulfat pekat. Senyawa furfural akan membentuk kompleks dengan α-naftol yang
dikandung pereaksi Molisch dengan memberikan warna ungu pada larutan.
- Uji Benedict
Adalah uji
untuk membuktikan adanya gula pereduksi. Gula pereduksi adalah gula yang
mengalami reaksi hidrolisis dan bisa diurai menjadi sedikitnya dua buah
monosakarida. Karateristiknya tidak bisa larut atau bereaksi secara langsung
dengan Benedict, contohnya semua golongan monosakarida, sedangkan gula non
pereduksi struktur gulanya berbentuk siklik yang berarti bahwa hemiasetal dan
hemiketalnya tidak berada dalam kesetimbangannya, contohnya fruktosa dan
sukrosa. Dengan prinsip berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+
yang mengendap sebagai Cu2O berwarna merah bata. Untuk menghindari
pengendapan cuco3 pada larutan natrium karbonat (reagen Benedict), maka
ditambahkan asam sitrat. Larutan tembaga alkalis dapat direduksi oleh
karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau monoketon bebas, sehingga sukrosa
yang tidak mengandung aldehid atau keton bebas tidak dapat mereduksi larutan
Benedict (Zulfikar, A. 2010).
- Uji Barfoed
Adalah uji
untuk membedakan monosakarida dan disakarida dengan mengontrol kondisi pH serta
waktu pemanasan. Prinsipnya berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+.
Reagen Barfoed mengandung senyawa tembaga asetat.
- Uji Seliwanoff
Prinsipnya
berdasarkan konversi fruktosa menjadi asam levulinat dan hidroksimetil furfural
oleh asam hidroklorida panas dan terjadi kondensasi hidroksimetilfurfural
dengan resorsinol yang menghasilkan senyawa berwarna merah, reaksi ini spesifik
untuk ketosa. Sukrosa yang mudah dihidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa akan
memberikan reaksi positif dengan uji seliwanoff yang akan memberikan warna
jingga pada larutan.
- Uji Hidrolisis Pati
Pati dan
iodium membentuk ikatan kompleks berwarna biru. Pati dalam suasana asam bila
dipanaskan dapat terhidrolisis menjadi senyawa yang lebih sederhana, hasilnya
diuji dengan iodium yang akan memberikan warna biru sampai tidak berwarna dan
hasil akhir ditegaskan dengan uji Benedict (Zulfikar, A. 2010).
2.2 Pati
Tanaman
menyimpan glukosa sebagai polisakarida pati. Biji-bijian sereal (gandum, beras,
jagung, oat, barley) serta umbi-umbian seperti kentang kaya akan pati. Pati
dapat dipisahkan menjadi dua fraksi – amilosa dan amilopektin. Pati alami
adalah campuran dari amilosa (10-20%) dan amilopektin (80-90%).
Amilosa
membentuk dispersi koloid dalam air panas sedangkan amilopektin benar-benar
larut. Struktur amilosa terdiri dari rantai polimer panjang unit glukosa
dihubungkan dengan alpha asetal. Pati – amilosa menunjukkan porsi yang sangat
kecil dari sebuah rantai amilosa. Semua unit monomer adalah alpha-D-glukosa,
dan semua link terhubung alfa asetal dari atom C yang pertama dari satu glukosa
ke atom C yang ke 4 dari glukosa berikutnya (Nurhalim. 2009).
2.2.1
Uji Kimia Pati Atau Yodium
Amilosa
dalam pati akan berubah menjadi biru tua jika ditetisi iodium. Molekul iodium
masuk kedalam kumparan amilosa.
Yodium tidak
terlalu larut dalam air, sehingga reagen iodin dibuat dengan melarutkan yodium
dalam air ditambah kalium iodide. Hal ini membuat ion kompleks triiodida linier
yang dapat larut. Ion ion triiodida masuk ke dalam kumparan dari pati
menyebabkan warna biru-hitam yang pekat.
Uji Pati:
Tambahkan reagen Yodium-KI untuk larutan atau langsung pada kentang atau bahan
lainnya seperti roti, biskuit, atau tepung. Sebuah hasil berwarna biru-hitam
jika terdapat pati. Jika amilosa pati tidak ada, maka warna akan tetap oranye
atau kuning. Amilopektin pati tidak memberikan warna, juga tidak ada selulosa,
juga disakarida seperti sukrosa dalam gula (Nurhalim. 2009).
2.2.2
Uji Fehling
Larutan
Fehling dan larutan Benedict adalah varian dari larutan yang secara ensensial
sama. Keduanya mengandung ion-ion tembaga (II) yang dikompleks dalam sebuah
larutan basa. Larutan Benedict mengandung ion-ion tembaga (II) yang membentuk
kompleks dengan ion-ion sitrat dalam larutan natrium karbonat. Lagi-lagi, pengompleksan
ion-ion tembaga (II) dapat mencegah terbentuknya sebuah endapan – kali ini
endapan tembaga (II) karbonat.
Larutan
benedict dapat dibuat dengan cara mencampurkan 173 g natrium sitrat dan 100 g
Na2CO3 anhidrat ke dalam 800 ml air, aduk, lalu saring.
Lalu ke dalamnya tambahkan 17,3 g tembaga sulfat yang telah dilarutkan dalam
100 ml H20. Volume total dibuat menjadi 1 liter degan penambahan
air. Pereaksi benedict siap digunakan (Peter Keusch. 2003).
Larutan
Fehling dan larutan Benedict digunakan dengan cara yang sama. Beberapa tetes
aldehid atau keton ditambahkan ke dalam reagen, dan campurannya dipanaskan
secara perlahan dalam sebuah penangas air panas selama beberapa menit.
Keton Tidak
ada perubahan warna pada larutan biru. Larutan Aldehid biru menghasilkan sebuah
endapan merah gelap dari tembaga(I) oksida. Aldehid mereduksi ion tembaga(II)
menjadi tembaga(I) oksida. Karena larutan bersifat basa, maka aldehid dengan
sendirinya teroksidasi menjadi sebuah garam dari asam karboksilat yang sesuai.
Persamaan untuk reaksi-reaksi ini selalu disederhanakan untuk menghindari
keharusan menuliskan ion tartrat atau sitrat pada kompleks tembaga dalam rumus
struktur (Peter Keusch. 2003).
Molekul
maltosa atau glukosa yang terlihat dari hasil positif pada uji benedict yang
terbukti dengan terbentuknya warna merah bata pada tabung reaksi yang telah
dipanaskan. Maltosa yang diuji dengan benedict memberikan warna merah bata,
sedangkan amilum yang diuji dengan iod akan memberikan kompleks warna
biru-ungu. Warna merah bata yang terbentuk disebabkan oleh maltosa dan glukosa
memiliki gugus aldehid yang bebas sehingga dapat mereduksi ion-ion tembaga (Cu)
yang terdapat pada larutan benedict menjadi Cu2O yang berwarna merah
bata (Peter Keusch. 2003).
Pada
prinsipnya baik fehling, tollens maupun benedict digunakan untuk mengetahui
apakah suatu gula merupakan gula pereduksi atau bukan (mempunyai gugus aldehida
bebas). Reaksi Benedict akan menyebabkan larutan yang berwarna biru akan
berubah menjadi orange atau kuning. Untuk mengetahui gula pereduksi yang
mempunyai sifat reduksi lebih kuat, reaksi Fehling lebih jelas perubahan
warnanya (Peter Keusch. 2003).
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Alat dan Bahan
Pada
praktikum kali ini alat-alat yang digunakan antara lain: Hot plate, dan tabung
reaksi, sedangkan bahan-bahan yang digunakan yaitu: pisang mentah (matang
fisiologis), pisang masak, roti tawar, tepung maizena, aquadest, larutan
glukosa (o.5%, 1.0%, dan 2.0%), larutan iodine, dan larutan fehling.
3.2 Cara Kerja
3.2.1
Uji Pati
- Dibuat 10% larutan maizena (1 g dalam 10 ml aquadest)
- Diberi beberapa tetes iodine pada sepotong roti dan larutan maizena
- Diamati warna yang terjadi. Mengapa demikian?
- Memotonglah tipis daging buah pisang, dan meneteskan beberapa tetes larutan iodine pada permukaannya.
- Membandingkan dengan warna yang diamati untuk larutan maizena dan roti. Apa komentar anda?
- Mengulangi prosedur 4 dan 5 untuk sebuah pisang masak.
3.2.2
Uji Gula Sederhana
- Disiapkan pada tabung reaksi masing-masing 2 ml larutan 0.5% glukosa, 1.0% glukosa, dan 2.0% glukosa.
- Disiapkan larutan fehling (6 ml), mencampurkan antara Fehling A (3 ml) dan Fehling B (3 ml) dengan volume yang sama.
- Memasukkan 2 ml larutan Fehling kedalam masing-masing tabung reaksi, kocok dan panaskan dengan air mendidih.
- Mengamati perubahan (warna) yamg terjadi pada masing-masing tabung reaksi.
- Memasukkan sepotong irisan tipis dari pisang mantah kedalam tabung reaksi, dan sepotong irisan tipis dari pisang yang telah masak sempurna kedalam tabung reaksi lain.
- Menghancurkan irisan tipis pisang tersebut, dan tambahkan 2 ml larutan Fehling kedalam tabung reaksi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Pengujian Pati Pada Beberapa
Bahan Pangan
|
|
Pengujian
|
Perubahan (warna)
|
Larutan
maizena
|
Setelah
ditetesi larutan iodine berwarna biru kehitaman
|
Irisan
daging buah pisang mentah
|
Setelah
ditetesi larutan iodine berwarna biru kehitaman
|
Irisan
danging buah pisang masak
|
Setelah
ditetesi larutan iodine berwarna biru muda/pudar
|
Roti
|
Setelah
ditetesi larutan iodine berwarna biru kehitaman
|
4.2 Tabel Pengujian Gula Sederhana
|
|
Pengujian
|
Perubahan (warna)
|
Larutan
glukosa 0.5%
|
Setelah
ditetesi larutan Fehling dan dipanaskan berwarna merah jernih
|
Larutan
glukosa 1.0%
|
Setelah
ditetesi larutan fehling dan dipanaskan berwarna kemerah-merahan
|
Larutan
glukosa 2.0%
|
Setelah
ditetesi larutan fehling dan dipanaskan berwarna Merah
|
Irisan
daging buah pisang mentah
|
Setelah
ditetesi larutan fehling dan dipanaskan berwarna kuning kehitaman
|
Irisan
daging buah pisang masak
|
Setelah
ditetesi larutan fehling dan dipanaskan berwarna orange.
|
Sebelum
ditetesi larutan
iodine
Setelah ditetesi larutan iodin
Sebelum
ditetesi Fehling dan
dipanaskan
Setelah ditetesi Fehling dan dipanaskan
4.3 Pembahasan
Praktikum
kali ini akan membahas mengenai uji pati dan uji gula sederhana. Uji pati
dilakukan untuk membutikan adanya kandungan pati dari suat bahan pangan, dan
uji gula sederhana dilakukan untuk membuktikan adanya glukosa dalam suatu
pangan. Untuk pengujian pati dalam suatu bahan panagan, harus ditetesi dengan
larutan iodine pada bahan pangan yang hendak akan diujikan. Pada praktikum kali
ini bahan pangan yang hendak diketahui kandungan patinya adalah pisang mentah,
pisang masak, roti tawar, dan tepung maizena. Semakin pekat warna yang terlihat
menandakan pati yang cukup tinggi.
Pada larutan
maizena, pada saat ditetesi dengan larutan iodine akan tampak perubahan warna
yang signifikan, yaitu akan terbentuk warna biru keungu-unguan. Hal ini
menandakan bahwa dalam larutan maizena terdapat kandungan pati yang cukup
banyak. Begitu pula pada pisang yang masih mentah (matang fisiologis), akan
tampak dengan sangat jelas perubahan warna yang terbentuk yaitu biru kehitaman,
hal ini juga manandkan bahwa didalam buah pisang yang masih mentah banyak
mengandung pati. Begitu pula dengan potongan roti tawar, akan terlihat
perubahan warna biru kehitaman, menandkan adanya pati yang banyak dalam roti
tersebut, namun pada buah piusang yang sudah masak, perubahannya hanya sedikit
yaitu berubah menjadi biru muda atau pudar. Hal ini disebabkan karena pati yang
terdapat pada buah pisang tersebut telah dikonversikan menjadi glukosa oleh
enzim ptyalin yang terdjadi selama proses pematangan buah tersebut.
Untuk uji
gula sederhana bahan pangan tersebut harus ditetesi dengan larutan fehling
kemudian dipanaskan dalam air mendidih. Semakin merah bahan yang diuji maka
menandakan semakin banyaknya kandungan glukosa atau gula sederhana yang
terdapat dalam bahan tersebut. Pada larutan glukosa 0.5% warna yang terbentuk
lebih jernih dibandingkan dengan larutan glukosa 1.0% dan 2.0%. Sedangkan pada
buah pisang yang masih mentah hanya terbentu warna kuning kehitaman, yang
menandakan kandungan gula sederhanya hanya sedikit dibandingkan dengan buah pisang
yang telah matang, hal ini dikarenakan kandungan gula pada buah pisang yang
sudah masak lebih tinggi daripada buah pisang yang masih mentak yang zat
patinya belum dikonversikan menjadi glukosa oleh enzim ptyalin.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari
percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1)
Uji pati dilakukan untuk membuktikan adanya kandungan pati dari suatu bahan
pangan dengan meneteskan larutan iodine pada bahan pangan tersebut.
2)
Larutan maizena, irisan danging buah pisang masak, dan roti banyak mengandung
pati. Sedangkan pada buah pisang yang sudah masak, zat patinya telah diubah
oleh enzim ptyalin menjadi glukosa, sehingga kandungan patinya tinggal sedikit.
3)
Semakin biru bahan warna yang terlihat pada saat ditetesi dengan larutan iodine
maka semakin banyak pula kandungan patinya.
4)
Uji gula sederhana dilakukan untuk membuktikan adanya kandungan gula dalam
suatu bahan pangan, dengan cara meneteskan larutan Fehling pada bahan tersebut
kemudian dipanaskan dalam air mendidih.
5)
Semakin merah warna yang terlihat pada saat aetelah ditetesi dengan larutan
Fehling dan dipanaskan maka semakin banyak pula gula yang terkamdung dalam
bahan tersebut.
5.2 Saran
Untuk hasil
yang lebih maksimal pada praktikum ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan
yaitu:
1)
Perlakuan pemberian larutan iodine pada bahan yang akan diuji harus sama pada
masing-masing bahan, agar tidak mempengaruhi perubahan warna yang terjadi.
Begitupula dengan pemberian larutan Fehling.
2)
Untuk uji gula, usahakan agar buah pisang dihancurkan sampai sahalus mungkin
agar pencampuran dengan larutan fehling merata pada bahan.
Hal diatas
perlu diperhatikan agar pada praktikum selanjutnya yang serupa dengan percobaan
kali ini akan lebih baik lagi.
Bahan makanan: didalamnya terkandung zat
makanan seperti amilum, protein,lemak, vitamin dan garam mineral Bahan makanan
yang kita konsumsi sehari-hari harus mengandung nutrient yang diperlukan tubuh.
Karbohidrat, lemak dan protein merupakan nutrient yang dibutuhkan dalam jumlah
besar, sedangkan vitamin dan mineral dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil.
1. Karbohidrat
Karbohidrat
tersusun atas unsur-unsur C, H, dan O yang dibentuk dalam proses fotosintesis
oleh tumbuhan berhijau daun. Golongan karbohidrat antara lain : gula, tepung,
dan selulosa. Menurut ukuran molekul, karbohidrat dibedakan menjadi
beberapa golongan : Monosakarida, meliputi glukosa, fruktosa, dan galaktosa.
2. Lemak
Lemak tersusun
atas unsure-unsur C, H, dan O yang merupakan senyawa majemuk. Lemak terdiri
atas asam lemak dan gliserol. Pada satu molekul lemak terdapat satu molekul
gliserol dan tiga buah molekul asam lemak.
Sumber lemak dibagi menjadi dua macam, yaitu hewani
dan nabati.
Lemak tidak
dapat larut dalam air tetapi larut dalam eter, benzene, dan kloroform. Lemak
terdiri atas 2 komponen, yaitu asam lemak dan gliserol. Setiap 3 molekul asam
lemak berikatan dengan molekul gliserol membentuk trigliserida. Asam lemak yang
dibuat oleh tubuh disebut asam lemak nonesensial, sedangkan asam lemak yang
diperoleh dari makanan disebut asam lemak esensial
Adapun fungsi
lemak sebagai berikut :
1. Sebagai penghasil energi ( 1 gram = 9,3 kalori )
2. Pembangun bagian-bagian sel tertentu
3. Pelarut beberapa vitamin, yaitu vitamin A, D, E, dan K
4. Sebagai pelindung tubuh dari suhu rendah
3. Protein
Protein
merupakan senyawa majemuk yang terdiri atas unsure-unsur C, H, O, N, dan
kadang-kadang terdapat unsure P dan S. Molekul protein tersusun dari sejumlah
asam amino sebagai bahan dari dasar.
Sifat-sifat suatu protein ditentukan oleh :
1. Macam asam amino yang terdapat dalam molekul protein
2. Jumlah tiap macam asam amino
3. Susunan asam amino dalam molekul protein
Untuk mengetahui kandungan zat nutrient yang terdapat
dalam bahan makanan digunakan indicator uji makanan yang biasa dikenal dengan
istilah reagen. Beberapa reagen yang banyak digunakan untuk mendeterminasi
kandungan nutrient dalam makanan adalah:
1. Lugol / kalium yodida
Digunakan untuk menunjukkan kandungan bahan makanan
jenis amilum (tepung)
2. Benedict / fehling A dan Fehling B
Digunakan untuk menunjukkan kandungan bahan makanan
kelompok gula (monosakarida dan di sakarida
3. Millon / Molisch / Biuret
Digunakan untuk menunjukkan bahan makanan kelompok
protein
4. Sudan III / etanol / kertas buram
Digunakan untuk menunjukkan bahan makanan yang
mengandung lemak / minyak
A. Tujuan Pengamatan
Mengetahui adanya amilum, glukosa, lemak, dan protein
pada beberapa bahan makanan.
B. Alat dan Bahan
Ø Alat
1. 15 tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Gelas beker
4. Pipet
5. Pembakar spiritus
6. Penjepit tabung reaksi
7. Lumpang porselin
8. Spatula/pengaduk
Ø Bahan
9. Kertas buram/kertas tick
10. Larutan lugol
11. Larutan benedict (menggunakan fehling A + fehling
B)
12. Larutan biuret
13. Kacang merah
14. Keju
15. Kangkung
16. Belimbing
17. Cabe
C. Langkah dan Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan
eksperimen yang akan di uji
2. Tumbuk bahan makanan diatas
lumpang porselin sebelum di uji coba. Bahan yang keras seperti kacang merah
sebaiknya direbus terlebih dahulu.
3. Masukkan bahan makanan
kedalam tabung reaksi (dengan ketentuan satu jenis bahan makan di masukkan
kedalam tabung reaksi untuk menguji kandungan masing-masin amilum, glukosa dan
protein).
4. Uji Amilum
a. Masukkan bahan makanan
kangkung, kacang merah, keju belimbing dan cabe yang sudah di tumbuk/dihaluskan
ke dalam tabung reaksi (satu jenis = satu tabung).
b. Tetesi 2 tetes lugol pada
setiap tabung reaksi yang akan di uji amilum.
c. Amati perubahan warna yang
terjadi
d. Masukkan data pada tabel
pengamatan. Lakukan hal tersebut ke dalam semua
bahan makanan tadi
5. Uji Glukosa
a. Masukkan bahan makanan
kangkung, kacang merah, keju belimbing dan cabe yang sudah di tumbuk/dihaluskan
ke dalam tabung reaksi (satu jenis = satu tabung).
b. Masukkan fehling A + fehling
B (benedict) dengan perbandingan 3 : 1.
c. Panaskan tabung reaksi
diatas pembakar spiritus
d. Masukkan data kedalam tabel.
Lakukan hal tersebut ke dalam semua
bahan makanan tadi.
6. Uji Protein
a. Masukkan bahan makanan
kangkung, kacang merah, keju belimbing dan cabe yang sudah di tumbuk/dihaluskan
ke dalam tabung reaksi (satu jenis = satu tabung).
b. Masukkan beberapa tetes
biuret
c. Kocok tabung reaksi tersebut
sehingga terjadi perubahan warna.
d. Masukkan data kedalam tabel.
Lakukan hal tersebut ke dalam semua
bahan makanan tadi.
7. Uji Lemak
a. Siapkan kertas buram
b. Usap bahan makanan pada
kertas buram
c. Tunggu beberapa saat hingga
terjadi perubahan
d. Masukkan data kedalam tabel.
Lakukan hal tersebut ke dalam semua
bahan makanan tadi.
8. Catatan :
1. Pada uji amilum : Jika bahan
makanan tersebut mengandung amilum akan berwarna ungu, biru tua, hijau gelap,
dan hitam. Semakin gelap warna yang di hasilkan maka semakin banyak kandungan
amilum yang terdapat pada bahan makanan tersebut.
2. Pada uji glukosa : jika
sebelum dipanaskan berwarna hijau tosak atau biru dan setelah di panaskan
berubah menjadi warna merah bata, atau coklat, maka bahan makanan tersebut
mengandung glukosa.
3. Pada uji protein : jika
warna bahan makanan setelah dikocok berubah menjadi hijau toska atau biru muda
berarti bahan makanan tersebut mengandung protein.
4. Pada uji lemak : jika bahan
makanan tersebut telah di gosok ke ke kertas buram dan setelah beberapa detik
berubah menjadi transparan berarti bahan makanan tersebut mengandung lemak.
D. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan dari bahan makanan tersebut di rangkum di dalam sebuah
tabel.
No.
|
Bahan Makanan
|
Menguji Amilum
|
Menguji Glukosa
|
Menguji Protein
|
Menguji Lemak
|
1.
|
Kacang Merah
|
+
|
+
|
+
|
-
|
2.
|
Keju
|
+
|
-
|
+
|
+
|
3.
|
Kangkung
|
+
|
+
|
+
|
-
|
4.
|
Belimbing
|
||||
5.
|
Cabe
|
-
|
+
|
+
|
+
|
Keterangan :
+ = terdapat kandungan
- = tidak terdapat kandungan
Pembahasan
Pada kegiatan praktikum ini kita menggunakan reagen
yang digunakan untuk mengetahui kandungan makanan, antara lain :
-
Lugol digunakan untuk menguji apakah suatu makanan
mengandung karbohidrat(amilum) atau tidak. Bila makanan yang kita tetesi lugol
menghitam, maka makanan tersebut mengandung karbohidrat. Semakin hitam berarti
makanan tersebut banyak kandungan karbohidratnya.
-
Biuret adalah reagen yang digunakan untuk menguji kandungan protein. Bila bahan
makanan itu mengandung protein maka setelah bereaksi dengan biuret akan
menghasilkan warna ungu/ warna lembayung.
-
Benedict adalah reagen yang digunakan untuk menguji kandungan
glokusa pada bahan makanan jika hasil reaksi tersebut menghasilkan warna merah
bata.
-
Kertas buram adalah bahan penguji pada kandungan lemak. Karena
kertas buram mudah menyerap air/minyak jadi sangat cocok untuk pengujian ini.
Pada pengujian lemak ini makanan yang sudah di tumbuk di oleskan pada kertas
buram setelah itu di panaskan di atas pembakar sepritus sehingga kandungan air
mudah mongering, jika ada noda transparan maka bahan makanan tersebut
mengandung lemak.
E. Kesimpulan
Dari praktikumyang telah dilakukan, maka dapat
diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :
Bahan makanan yang mengandung protein jika ditetesi
dengan larutan biuret akan berubah wana menjadi ungu.
Jika bahan makanan ditetesi dengan larutan lugol akan
berubah warna menjadi ungu hingga kehitam-hitaman maka bahan makanan tersebut
mengandung amilum.
Jika bahan makanan diteesi larutan fehling A+B
kemudian dipanaskan akan berubah warna menjadi orange/jingga maka bahan makanan
tersebut mengandung glukosa
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengamatan
NO
|
PERLAKUAN
|
GAMBAR
|
KETERANGAN
|
1
|
5 tetes tollen ditambahkan aseton
|
|
Terbentuk endapan kaca perak
|
2
|
5 tetes tollen ditambahkan aseton
lalu dipanaskan
|
|
Tidak terbentuk endapan kaca perak dann cairan
coklat agak terang.
|
3
|
3 tetes tollen ditambahkan
formaldehid
|
|
Terbentuk endapan kaca perak
|
4
|
3 tetes tollen ditambah formaldehid
lalu dipanaskan
|
|
Terbentuk endapan kaca perak abu dan cairan bening
|
5
|
5 tetes tollen ditambah fruktosa
|
Terbentuk kaca perak
|
|
6
|
5 tetes tollen ditambbah fruktosa
lalu dipanaskan
|
|
Terbentuk endapan kaca perak dan cairan coklat agak
terang
|
7
|
10 tetes tollen ditambah glukosa
|
Terbentuk endapan kaca perak
|
|
8
|
10 tetes tollen ditambahkan glukosa
lalu dipanaskan
|
|
Terbentuk endapan kaca perak dan cairan coklat tua
gelap
|
4.2 Pembahasan
Pada percobaan kali ini dilakukan percobaan tentang Aldehid dan Keton.
Aldehid dan Keton adalah suatu senyawa yang tersusun dari unsur –unsur karbon,
hidrogen, dan oksigen. Keduanya dapat diperoleh dari oksidasi alkohol, aldehida
dari alkohol primer dan keton dari alkohol sekunder. Aldehid dapat dioksidasi
sedangkan keton tidak.
Uji tollen dilakukan untuk membedakan antara aldehid dan keton. Karena aldehid
dengan pereaksi tollen akan teroksidasi membentuk endapan Ag yang akan melekat
pada tabung reaksii membentuk cermin perak. Cara kerjanya yaitu dengan cara
mencampurkan pereaksi tollen ke dalam sampel. Untuk itu, praktikan diharuskan
untuk membuat perlarut tollen terlebih dahulu. Namun pada praktikum kali ini,
pereaksi tollen sudah tersedia sehingga praktikan hanya membuat sampel.
Sampel yang digunakan kali ini adalah glukosa,
fruktosa, aseton, dan formaldehid.
Pada uji tollens
setelah diamati didapat bahwa glukosa, fruktosa, dan formaldehid dapat
bereaksi dengan tollens yang ditandai dengan terbentuknya kaca perak
ditabung reaksi. Hal ini juga menunjukan bahwa sampel-sampel tersebut tergolong
aldehid.
Pada saat glukosa, fruktosa, dan
formaldehid direaksikan dengan pereaksi tollens dan dilakukan pemanasan,
dihasilkan cermin perak pada tabung reaksinya dan cairan berwarna coklat pada
glukosa dan fruktosa, serta cairan bening pada formaldehid. Hal ini dikarenakan
ketiga bahan tersebut bereaksi positif dengan tollens.
Sementara pada saat tollens
direaksikan dengan aseton. Tidak terjadi perubahan apa-apa. Artinya aseton
tidak dapat bereaksi dengan pereaksi tollens. Hal tersebut menunjukkan bahwa
aseton termasuk ke dalam keton. Memang, keton tidak dapat dioksidasi.Sedangkan fungsi dari pemanasan itu sendiri adalah untuk mempercepat
reaksi.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
·
Perbedan antara senyawa aldehid dan keton adalah aldehida dapat dioksidasi
dan menghasilkan suatu asam karboksilat, namun keton tidak dapat dioksidasi.
Selain itu, aldehida akan bereaksi dengan pereaksi tollens,
sedangkan keton tidak dapat bereaksi.
·
Pada
percobaan uji tollens, glukosa, fruktosa, dan formaldehid terbentuk endapan
kaca perak pada tabung reaksinya. Hal menunjukan bahwa glukosa, fruktosa,
dan formaldehid tersebut tergolong aldehid. Sementara pada aseton, tidak
terjadi apa-apa, Artinya aseton tidak dapat bereaksi dengan pereaksi tollens.
Hal tersebut menunjukkan bahwa aseton termasuk ke dalam keton
5.2 Saran
Diharapkan
dalam praktikum ini para praktikan menggunakan sarung tangan dan masker, karena
NH4OH yang digunakan berbau sangat menyengat dan berbahaya.
Langganan:
Postingan (Atom)