BAHAN AJAR PERTEMUAN 2
MODEL ATOM BOHR DAN MEKANIKA GELOMBANG
A.
Model
Atom Bohr
1.
Kekurangan Model Atom Rutherford
Menurut hukum fisika Klasik
dari Maxwell, jika suatu partikel yang bermuatan listrik bergerak melingkar
akan mengemisikan energinya dalam bentuk cahaya yang mengakibatkan percepatan
partikel semakin berkurang dan akhirnya diam. Dengan demikian, jika elektron
yang bermuatan negatif bergerak melingkar (mengelilingi inti bermuatan positif)
maka akan kehilangan energinya sehingga gerakan elektron akan berkurang, yang
akhirnya akan jatuh ke inti. Jadi, menurut Hukum Fisika Klasik, model atom
Rutherford tidak stabil sebab elektron akan kehilangan energinya dan akan jatuh
ke inti, pada akhirnya atom akan musnah. Akan tetapi, faktanya atom stabil.
2.
Teori Kuantum Max Planck (1900)
Pada tahun 1900, fisikawan Jerman, Max Planck
menjelaskan teorinya mengenai radiasi benda panas. Menurutnya, radiasi
elektromagnetik tidak bersifat kontinu, melainkan diskontinu. Artinya suatu
benda hanya dapat memancarkan atau menyerap radiasi elektromagnetik dalam
ukuran atau paket-paket kecil dengan nilai tertentu yang ia sebuat sebagai kuantum. Salah satu fakta yang mendukung
teori kuantum Max Planck, yaitu efek fotolistrik,
yang dikemukakan oleh Albert Einstein pada tahun 1905.
Fotolistrik adalah listrik yang diinduksi oleh
cahaya (foton). Einstein menerangkan bahwa cahaya terdiri dari partikel-partikel
foton yang energinya sebanding dengan frekuensi cahaya. Jika frekuensinya
rendah, setiap foton mempunyai jumlah energi yang sangat sedikit dan tidak
mampu memukul elektron agar dapat keluar dari permukaan logam. Jika frekuensi
(dan energi) bertambah, maka foton memperoleh energi yang cukup untuk
melepaskan elektron.
3.
Spektrum Emisi Atom Hidrogen
Spektrum emisi hidrogen dihasilkan dari percobaan
dengan menggunakan tabung sinar hidrogen, yaitu suatu tabung tipis yang diisi
gas hidrogen pada tekanan rendah dengan elektroda pada tiap-tiap ujungnya. Jika
tegangan tinggi dilewatkan pada tabung tersebut, maka tabung akan menghasilkan
sinar seperti pada gambar.
Gambar
(a) Percobaan Spektrum Emisi Hidrogen (b) Spektrum Garis Atom Hidrogen
Sumber:
Chang, Raymond. General Chemistry 6th ed. 2008
Jika sinar yang dihasilkan tersebut dilewatkan pada
prisma atau kisi difraksi, sinar akan terpecah menjadi beberapa garis spektrum
dengan warna yang berbeda. Ketika energi listrik dengan tegangan yang tinggi
dialirkan pada tabung berisi gas hidrogen, elektron dalam atom hidrogen akan tereksitasi
dari keadaan awalnya. Setelah itu elektron akan mengemisikan energi dalam
bentuk cahaya dengan panjang gelombang tertentu untuk kembali ke keadaan
awalnya lagi. Energi yang dipancarkan elektron itulah yang menghasilkan
spektrum-spektrum dengan beberapa warna tersebut.
Pada tahun 1913, Niels Bohr, seorang fisikawan
Denmark menjelaskan teorinya yang menjelaskan spektrum emisi yang dihasilkan
oleh atom hidrogen. Untuk menjelaskan mengapa elektron tidak tertarik ke inti,
Bohr berpendapat bahwa elektron hanya boleh menempati orbit tertentu dengan
energi tertentu. Ketika energi diserap oleh elektron, maka ia akan tereksitasi
dari orbitnya pada keadaan dasar menuju orbit tertentu yang lebih luar.
Kemudian ia akan kembali ke orbital awalnya lagi dengan memancarkan energi.
Energi yang dipancarkan inilah yang akan menghasilkan spektrum seperti gambar
di atas.
Energi yang dipancarkan elektron dari tiap orbit
yang berbeda akan menghasilkan spektrum yang berbeda pula. Elektron hanya boleh
mengalami eksitasi ke orbit-orbit atau lintasan dengan tingkat energi tertentu.
Karena itulah spektrum yang dihasilkan berupa spektrum garis yang menunjukkan
tingkat-tingkat energi pada orbit dalam atom tersebut.
4.
Model Atom Bohr (1913)
Bermula dari fakta yang
ditemukannya lewat percobaan spektrum atom hidrogen, Bohr menyatakan bahwa kegagalan
model atom Rutherford dapat disempurnakan dengan menerapkan Teori Kuantum dari
Planck bahwa energi elektron terkuantisasi. Sebuah elektron yang berada di suatu
orbit tidak akan memancarkan energi dan oleh karena itu tidak akan tertarik
menuju ke inti. Model atom Bohr dinyatakan dalam bentuk empat postulat
berkaitan dengan pergerakan elektron, yaitu sebagai berikut.
a.
Dalam mengelilingi inti
atom, elektron berada pada orbit tertentu yang sering disebut sebagai kulit.
Kulit ini merupakan gerakan stasioner (menetap) dari elektron dalam
mengelilingi inti atom dengan jarak tertentu.
b.
Selama elektron berada
pada lintasan stasioner tertentu, energi elektron tetap sehingga tidak ada
energi yang diemisikan atau diserap.
c.
Elektron dapat beralih
dari satu kulit ke kulit lain. Pada peralihan ini, besarnya energi yang
terlibat sama dengan persamaan Planck, ΔE = h.
d.
Lintasan stasioner
elektron memiliki momentum sudut. Besarnya momentum sudut adalah kelipatan dari
nh/2Ï€ , dengan n adalah bilangan kuantum dan h adalah tetapan Planck.
Gambar
Model atom hidrogen menurut Bohr
Kulit atau lintasan elektron dalam mengelilingi inti
atom dilambangkan dengan n = 1, n = 2, n = 3, dan seterusnya. Lambang ini
dinamakan bilangan kuantum. Model atom Bohr ditunjukkan pada Gambar. Huruf K,
L, M, dan seterusnya digunakan untuk menyatakan lintasan elektron dalam mengelilingi
inti atom. Lintasan dengan n = 1 disebut kulit K, lintasan dengan n = 2 disebut
kulit L, dan seterusnya.
Model atom Bohr dapat menerangkan spektrum atom
hidrogen secara memuaskan. Menurut Bohr, cahaya akan diserap atau diemisikan
dengan frekuensi tertentu (sesuai persamaan Planck) melalui peralihan elektron dari
satu tingkat energi ke tingkat energi yang lain. Jika atom hidrogen menyerap
energi dalam bentuk cahaya maka elektron akan beralih ke tingkat energi yang
lebih tinggi. Sebaliknya, jika atom hidrogen mengemisikan cahaya maka elektron
akan beralih ke tingkat energi yang lebih rendah.
B.
Model Atom Mekanika
Gelombang
1.
Keterbatasan Model Atom Bohr
Keterbatasan dari teori atom Niels Bohr antara lain
yaitu tidak dapat menjelaskan mengapa elektron hanya boleh berada pada tingkat
energi tertentu. Selain itu Bohr juga tidak dapat menjelaskan spektrum atom
dari unsur yang berelektron banyak.
Keterbatasan dari model atom Bohr itu baru mulai dapat
dijelaskan setelah Louis de Broglie, seorang ahli fisika dari Perancis,
mengemukakan gagasanya tentang gelombang materi. Louis de Broglie, menjelaskan
bahwa cahaya (gelombang) dalam suasana tertentu dapat bersifat sebagai
partikel-partikel. Sebaliknya partikel pada keadaan tertentu, dapat
memperlihatkan sifat-sifat seperti gelombang. Keadaan yang memungkinkan
elektron untuk bersifat seperti partikel sekaligus sebagai gelombang tersebut
hanya dapat terpenuhi pada tingkat energi tertentu saja. Hipotesis de Broglie
terbukti benar dengan ditemukannya sifat gelombang dari elektron. Elektron
mempunyai sifat difraksi seperti halnya sinar–X. Akibat dari dualisme sifat
elektron sebagai materi dan sebagai gelombang, maka lintasan orbit elektron
yang dikemukakan Bohr tidak dapat dibenarkan. Gelombang tidak bergerak menurut
suatu garis, melainkan menyebar pada suatu daerah tertentu.
Gambar:
Difraksi sinar X dan difraksi elektron
3.
Prinsip Ketidakpastian Heisenberg
Untuk menentukan lokasi dari partikel subatomik yang
bersifat sebagai gelombang, fisikawan Jerman, Werner Heisenberg merumuskan apa
yang sekarang dikenal sebagai prinsip ketidakpastian Heisenberg. Yaitu, tidak
mungkin menentukan dengan tepat momentum dan posisi suatu partikel secara
pasti. Dengan kata lain, untuk menghitung dengan tepat momentum partikel, kita
harus mengurangi ketepatan dalam penentuan posisinya dan sebaliknya. Dengan
menerapkan prinsip ini pada atom H, kita dapat melihat bahwa sangat tidak
mungkin untuk mengetahui lokasi tepat dan momentum tepat dari elektron. Maka tidak
sesuai lagi jika kita menggambarkan bahwa elektron mengelilingi inti pada suatu
orbit yang spesifik seperti yang dinyatakan dalam model atom Bohr.
4.
Model Atom Mekanika Gelombang
Pada tahu 1926, seorang fisikawan asal Austria,
Erwin Schrödinger menggunakan teknik matematis yang rumit untuk merumuskan
sebuah persamaan yang mendeskripsikan perilaku dan energi dari partikel
submikroskopis seperti elektron. Hukum ini sejalan dengan hukum Newton untuk
gerak benda makroskopis.
Walaupun menurut Heisenberg tidak bisa menentukan di
mana keberadaan elektron dalam atom pada suatu waktu tertentu, namun dapat
ditentukan daerah di mana elektron boleh jadi berada pada suatu waktu tertentu.
Melalui persamaan gelombangnya, Schrödinger merumuskan model atom yang dikenal
dengan model atom mekanika kuantum atau mekanika gelombang. Pada model ini,
ia mengajukan konsep tentang kerapatan elektron, yaitu kebolehjadian terbesar
bagi elektron untuk dapat ditemukan pada satu daerah tertentu di dalam atom.
Daerah dengan kerapatan elektron yang tinggi menunjukkan kebolehjadian yang
tinggi untuk menemukan posisi elektron. Jika pada model atom Bohr menggunakan
istilah orbit untuk menyatakan lintasan yang dilalui elektron untuk
mengelilingi inti, maka pada mekanika gelombang digunakan istilah orbital,
yaitu daerah dengan kebolehjadian yang tinggi untuk menemukan elektron.